Rabu, 08 Agustus 2007

Nyoblos kumis = bodoh


akhir-akhir ini kita sering mendengar sebuah jargon yang ditayangkan di televisi berkali-kali: coblos kumisnya, coblos kumisnya! hal ini persis sama dengan sebuah jargon pada pemilu 2004 lalu yang masih segar dalam ingatan saya. Coblos moncong putih!

Strategi seperti ini adalah strategi yang hebat, cerdas, dan efektif tapi sayang, tidak mendidik.

Jargon tersebut tidak memaparkan visi, misi, ataupun tujuan, tidak memaparkan keunggulan dir dan tidak memberikan gambaran jelas terhadap si calon. Tapi jargon tersebut akan mudah diingat oleh orang bodoh sekalipun.

memang jargon tersebut ditujukan untuk itu orang-orang yang tidak mau berfikir panjang ataupun pusing memikirkan promosi para calon gubernur, terlebih ditujukan kepada orang yang 'tidak bisa berfikir'.

Jadi si pemilik tidak mau peduli si penyoblos paham atau tidak dengan dirinya tetapi yang dia inginkan bagaimana agar si pemilih mau menyoblos dirinya. hal ini memang boleh-boleh saja dalam kampanye tapi, sekali lagi, TIDAK MENDIDIK!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ehm,boleh nitip komentar nggak? Karena saya pernah mendengar debat antar kedua calon langsung dari salah satu stasiun radio di Jakarta, saya pengen ngasih tanggapan untuk tulisan anta ini...
Ehm, masalah jargon, saya memang 101 % setuju bahwa iklan tersebut tidak mendidik. Namun, jika melihat kualifikasi dan kemampuan public speaking dari kedua calon, anta bisa berpikir ulang akan hal tersebut. Saya mencoba bersikap netral akan hal ini karena saya bukan merupakan warga Jakarta. Namun, sebagai pemuda yang sedang menuntut ilmu di propinsi yang dulunya merupakan bagian dari Jakarta, saya mencoba bersikap kritis terhadap keadaan yang ada di sekitar saya.