Rabu, 30 Januari 2008

Tantangan untuk Penyair Muslim

Saudaraku, kita adalah umat yang terbaik yang diciptakan Allah untuk berbaur dengan manusia dan melakukan amar makruf dan nahi munkar.
Terkait dengan dunia sastra dan penyair, dalam Al Qur’an surat Asy Syu’ara: 224-227, Allah menantang para penyair untuk membuat sebuah karya yang mampu menggugah nurani manusia ke arah Iman. Dengan kata lain, mampukah kreativitas dan kecerdasan para penyair membuat karya yang demikian.
Sebagian penyair merasa dibatasi dengan hal ini. Padahal, hal ini menguji kecerdasan dan kreativitas mereka dalam merangkai kata. Orang yang mampu membuat sebuah karya sastra yang dapat menggugah iman tentu lebih cerdas dibanding penyair biasa dan ia tidak hanya mendapat kemuliaan nama di dunia tapi juga balasan di akhirat.
Sebagai contoh, betapa sebuah novel seperti ‘Ayat-ayat Cinta’ mampu membuat pembacanya serasa lebih dekat dengan Allah dan novel ‘lasykar pelangi’ yang mampu mendorong pembacanya untuk bertobat. Berbeda dengan novel ‘perempuan di titik nol’ ataupun novel ‘Tuhan Ijinkan Aku Jadi Pelacur’ yang membuat para pembacanya seolah habis bermaksiyat setelah membacanya.
Bayangkan seandainya karya kita dibaca oleh orang banyak dan orang yang membacanya menjadi lebih shalih dan bertambah keimananya, berapa banyak pahala amal jariyah yang akan kita dapatkan.
‘ala kulli hal, tentunya seseorang tidak dapat langsung manjadi penyair yang ideal sebagai mana yang diharapan oleh Allah dalam Surat Asy Sy’ara tadi dan tetap membutuhkan proses belajar. Itulah tantangan kita, sebagai seorang mukmin yang membedakan kita dengan orang-orang musyrik dan orang-orang kafir.